30/07/2008

Adab Tertawa

Dalam wasiatnya, Imam Hasan Al-Banna menasehatkan hendaknya seorang Muslim tidak larut dalam tawa. Hati yang tenang dan hidup dengan iman akan selalu ingat akan keagungan Allah SWT, dipenuhi oleh rasa takut serta selalu berharap kepada-Nya.

Banyak ayat Al-quran yang menyebutkan tentang tertawa. Tertawa mengejek termasuk akhlak orang kafir dan munafik. Mereka menertawakan orang yang sungguh-sungguh berimanterhadap ayat-ayat yang telah diturunkan Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul-Nya.

"Sesungguhnya sekelompok hamba-Ku mengatakan, 'Wahai Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan kasihanilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baiknya yang mengasihi. tetapi kalian menjadikan mereka ejekan, sehingga menyebabkan kalian lupa mengingat-Ku, dan kalian dulu menertawakan mereka. Hari ini aku ganjar mereka karena telah bersabar, sesungguhnya merekalah orang-orang yang beruntung." (QS Al-Mukminun [23]:109-111).

"Sesungguhnya para pendosa itu, menertawakan orang-orang yang beriman. Dan bila mereka melalui, mereka mengerlingkan mata (mengejek)." (QS Al-Muthafiffin [83]:29). Al-Quran mengategorikan tertawa sebagai jarimah (kriminal) seperti kisah Fir'aun dan kaumnya ketika datang kepada mereka utusan Allah SWT. "Ketika Nabi itu datang membawa ayat-ayat Kami, mereka menertawakannya." (QS Al-Zukhruf [43]:47).

Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang haramnya tertawa seperti yang disebutkan diatas. Namun, tidak semua tertawa itu dilarang dan tidak semuanya diperbolehkan. Tertawa yang tidak diperbolehkan adalah tertawa yang terlalu sering dan melampaui batas.

Hal ini tergolong menjadi permainan yang melenakan dari kesungguhan dalam berbagai hal. Tertawa yang diperbolehkan adalah tertawa yang wajar dan tidak terbahak-bahak, selama itu menjadi tuntutan dan hajat, karena itu merupakan reaksi alamiah dan juga karakter manusia yang tidak mampu menahan atau menolaknya.

Contoh tertawa yang baik dalam hal ini adalah para Nabi dan Rasul Allah SWT. Banyak riwayat yang menyatakan saat nabi Muhammad SAW tertawa, tetapi tertawanya tidak melampaui batas atau hanya tersenyum saja. Senyum Rasulullah SAW yang paling maksimal adalah tampak gigi gerahamnya.

Bahkan dulu Rasulullah SAW adalah orang yang paling banyak tersenyum dan wajahnya berseri-seri. Inilah perangai yang baik nan indah yang dipakai oleh orang-orang yang muru'ah (punya harga diri) untuk menghiasi diri mereka.

Karena tertawa yang berlebihan merupakan tingkah laku yang menyimpang dan melenyapkan kharisma seorang Mukmin dan bisa menurunkan derajat di kalangan manusia. Disebutkan dalam suatu riwayat bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya banyak tertawa akan mematikan hati dan menghilangkan kharisma seorang Muslim."
( oleh Prayitno )

24/07/2008

Yahudi

Bangsa Yahudi adalah keturunan Yahuza (asal kata Yahudi), salah seorang anak Nabi Ya'kub yang dikenal sebagai Israil. Nabi Ya'kub adalah putra Nabi Ishak. Nabi Ishak adalah putra Nabi Ibrahim dari istri pertama, Sarah. Dari Istri kedua, Hajar, Nabi Ibrahim dikaruniai anak bernama Nabi Ismail yang menurunkan bangsa Arab.

Jadi, bangsa Arab dan Yahudi sebenarnya masih satu keturunan dari Nabi Ibrahim. Namun, Alquran menyebutkan bahwa bangsa Yahudi adalah yang paling keras memusuhi umat Islam. "Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik." (QS Al-Maidah [5]:82).
Mereka berusaha menyengsarakan umat Islam. "Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya." (QS Ali Imran [3]:118).
"Tidaklah sekali-kali orang Yahudi bertemu dengan orang Islam ditempat yang sunyi, kecuali pasti ingin membunuhnya." (HR Ibnu Mardawaih). Hal ini bisa disaksikan, bagaimana mereka membombardir Palestina dan Lebanon setiap hari tanpa memerhatikan hati nurani dan kecaman masyarakat dunia.
Bangsa Yahudi sebenarnya bukan hanya memusuhi umat Islam, tetapi memusuhi seluruh umat manusia. Bahkan, malaikat dan Tuhan pun mereka musuhi. "Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir." (QS Al-Baqarah [2]:98).
Kekejaman bangsa Yahudi terkadang mereka lakukan terhadap bangsanya sendiri demi tujuan tertentu. Emanuel Robonovich, pendeta tertinggi Yahudi dalam sidang darurat pendeta Yahudi Eropa tanggal 12 Juni 1952 berkata, "Untuk mencapai tujuan akhir kita bisa saja memerlukan cara yang menyedihkan seperti yang kita lakukan pada masa Hitler, yaitu kita sendiri mengatur terjadinya peristiwa penindasan terhadap sebagian bangsa kita sendiri. Dengan kata lain, kita akan menumbalkan sebagian putra bangsa sendiri pada suatu peristiwa yang akan kita atur dari belakang layar."
Untuk menghadapi bangsa Yahudi, umat Islam sebagai satu-satunya kekuatan yang belum terkalahkan, harus bersatu. "Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para Muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar." (QS Al-Anfal [8]:73).

21/07/2008

Keutamaan Wudhu

Salah satu kewajiban umat Islam dalam beribadah adalah berwudhu. Wudhu merupakan bukti keimanan yang tak terlihat secara kasat mata. Mirip dengan orang yang berpuasa. Tidak ada orang yang menjaga wudhunya kecuali dengan alasan keimanan.
Secara syar'i, wudhu ditujukan untuk menghilangkan hadas kecil agar kita sah menjalankan ibadah, khususnya shalat. "Shalatnya salah seorang diantara kalian tidak akan diterima apabila dia berhadas hingga ia berwudhu." (HR Abu Hurairah).
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu serta basuhlah kedua kakimu sampai mata kaki." (QS Al-Maidah [5]:6).
Eksistensi wudhu sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan seorang Muslim, karena dalam wudhu Allah SWT memberikan pesan moral yang tidak jauh dari kehidupan sehari-hari. Membasuh kepala, misalnya, ditujukan agar kita membersihkan kepala atau otak kita dari segala pikiran kotor dan menyesatkan. Membasuh kaki dan tangan ditujukan agar kita tidak menggunakan tangan dan kaki ini untuk mengambil hak orang lain, menginjak martabat orang lain. Berkumur-kumur, membasuh wajah, dan mengusap telinga, ditujukan agar kita menggunakan mulut untuk menyebarkan perdamaian dan kasih sayang, menggunakan mata untuk melihat nilai-nilai kebenaran, dan menggunakan telinga untuk mendengar nilai kebaikan.
Kita diperintahkan berwudhu minimal lima kali dalam sehari,yaitu untuk menjalankan shalat lima waktu. Meski demikian, kita dianjurkan berwudhu tidak hanya ketika hendak mendirikan shalat, namun juga ketika hendak melakukan ibadah atau amalan lainnya, misalnya ketika membaca Alquran, mengikuti pelajaran, pengajian, dan memasuki masjid.
Bahkan ketika kita hendak makan pun dianjurkan untuk berwudhu. "Keberkahan makanan adalah dengan berwudhu sebelum dan sesudahnya." (HR Abu Dawud).
Banyak keutamaan wudhu yang dijelaskan Rasulullah SAW. Antara lain sebagai mana diriwayatkan Thabrani dari Ubadah bin Shamit, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang hamba menjaga shalatnya, menyempurnakan wudhunya, rukunya, sujudnya, dan bacaannya, maka shalat akan berkata kepadanya, 'Semoga Allah SWT menjagamu sebagaimana kamu menjagaku', dia naik dengannya ke langit dan memiliki cahaya hingga sampai kepada Allah SWT dan shalat memberi syafaat kepadanya."
Berwudhu merupakan hal yang mudah dilakukan, namun perlu keistiqamahan dalam implementasinya. Seorang hamba yang banyak berwudhu akan mudah dikenali Rasulullah SAW di hari kiamat nanti karena memiliki ciri khas tersendiri. "Muka dan tangan kalian nanti di hari kiamat berkilauan bekas dari berwudhu." (HR Muslim). (Imron Soleh)

Di Balik Musibah

Musibah adalah suatu keniscayaan yang melanda setiap manusia, baik secara perseorangan maupun kelompok. Perasaan takut, lapar, kekurangan harta, jiwa sampai kekurangan buah-buahan yang dibutuhkan, selalu menyertai mereka yang terkena musibah.
"Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Mereka nitulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS Al-Baqarah (2):155 - 157).
Musibah pada hakikatnya mempunyai beberapa dimensi. Dimensi pertama bahwa musibah adalah ujian dari Allah SWT. Dan ketika ujian dapat dilalui dengan baik, maka akan menaikan derajat dan kebaikan si penerima ujian itu. Sebagaimana anak-anak kita ketika akan naik kelas, dia perlu diuji terlebih dahulu.
Inilah yang diisyaratkan oleh Rasulullah SAW, "Siapa yang akan diberi limpahan kebaikan dari Allah, maka diberi ujian terlebih dahulu." (HR Bukhari Muslim). Dimensi kedua, musibah harus dihadapi dengan kesabaran karena kesabaran itulah kunci utama untuk lulus dari ujian.
"Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman seluruh perkaranya menjadi baik. Ketika ditimpa musibah dia bersabar, itu membawa kebaikan baginya. Dan ketika mendapatkan nikmat dia bersyukur dan itu membawa kebaikan baginya." (Al-Hadis).
Ketiga, seberat apapun musibah, pasti Allah SWT telah memperhitungkannya agar tidak melebihi dari kesanggupan masing-masing. "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (QS Al-Baqarah (2):286).
Keempat, dengan musibah yang menimpa seorang Muslim, baik berupa kesusahan dan penderitaan, kesedihan dan kedukaan, maupun penyakit, bahkan karena sepotong duri yang mencocok anggota badannya, dihapuskan Allah SWT sebagian dari kesalahan-kesalahannya.
Jika musibah yang memang sudah terjadi memnbuat kita sedih dan berduka, semoga juga akan membawa kebaikan-kebaikan yang banyak dalam ridha Allah SWT. Terbukti, tsunami di Aceh membawa mereka kepada kedamaian dan kebaikan yang banyak dan kematian mereka lebih berarti sebagai syahid ukhrawi.
Sebagai manusia, kita prihatin dan sedih ketika mendapatkan musibah seperti yang terjadi kini pada saudara-saudara kita. Tidak bisa terbayangkan bagaimana seandainya kita berada pada posisi mereka, semoga Allah memberi kesabaran dan ampunan kepada mereka. (Asman Hamzah)
Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.